Lembah yang Ditakuti Jahanam: Peringatan Keras tentang Riya dan Kemunafikan

19 - Nov - 2025, 12:12

Ilustrasi Neraka Jahanam yang ciut dengan salah satu lembahnya (ist)

JATIMTIMES - Di tengah banyaknya nasihat moral dalam tradisi Islam, ada satu peringatan yang menusuk lebih dalam daripada yang lain: bahaya riya, ibadah yang dibungkus demi sorotan manusia, bukan ketulusan kepada Tuhan. 

Para ulama menggambarkan hukuman bagi sifat ini sebagai sesuatu yang begitu kelam, sampai-sampai Neraka Jahanam pun digambarkan memohon perlindungan dari salah satu lembahnya sendiri.

Baca Juga : Kalender Jawa Rabu Kliwon 19 November 2025: Hari Baik untuk Menjalankan Puasa! 

Pemaparan itu muncul dalam karya An-Nafaais al-Uluwiyyah fi al-Masaail ash-Shuufiyah, ketika Al-Imam Al-Habib Abdullah bin Alawi Al-Haddad menafsirkan sebuah hadis tentang lembah khusus di Jahanam. Lembah itu begitu menakutkan hingga, menurut hadis, Jahanam memohon penjagaan Allah sebanyak 70 kali dalam sehari.

Kisah tersebut berawal dari pertanyaan Asy-Syeikh Abdullah bin Ahmad az-Zubaidi kepada Al-Habib Abdullah bin Alawi Al-Haddad. Ia meminta penjelasan tentang para qari’ yang disebutkan dalam hadis, mereka yang membaca Al-Qur’an dengan tujuan pamer, dan karenanya diancam ditempatkan di lembah yang mengerikan itu. Bagaimana sesungguhnya makna ancaman tersebut?

Al-Habib Abdullah bin Alawi Al-Haddad kemudian menegaskan bahwa riya yang dimaksud dalam hadis adalah riya yang lahir dari kemunafikan. Mereka yang menampilkan amal saleh seolah penuh keimanan, padahal hatinya kosong dari keyakinan. “Orang munafik melakukan semua itu demi reputasi, agar dipandang, dihargai, tidak direndahkan,” jelasnya. Dan mereka, kata beliau, diganjar hukuman abadi di Jahanam.

Beliau melanjutkan, kecemasan Jahanam terhadap lembah itu, digambarkan dengan permohonan perlindungan sebanyak 70 kali tiap hari, menjadi gambaran betapa beratnya azab bagi kemunafikan dan riya yang menyertainya. Hukuman itu bukan sekadar ancaman, tetapi peringatan keras tentang betapa rusaknya niat yang tercemar.

Baca Juga : Meriah, Kirab Bersinagari Jadi Momentum Perayaan Hari Jadi Ke-820 Kabupaten Tulungagung

Namun, bagaimana dengan qari’ atau orang saleh yang sesekali terjatuh dalam riya, tetapi masih memeluk iman dalam hati?. Al-Habib mengulas kemungkinan itu dengan lebih halus. Menurutnya, mereka bisa saja masuk ke lembah tersebut jika wafat dalam kondisi buruk, mirip orang munafik. Tetapi bisa pula mereka akhirnya diangkat dari siksa itu apabila rahmat Allah mencapai mereka. Sebab, sebagaimana ditegaskan dalam hadis lain, siapa pun yang masih menyimpan iman sekecil debu tidak akan kekal di neraka.

Riya disebut sebagai “syirik kecil,” dan sebutan itu cukup menggambarkan betapa seriusnya sifat tersebut. Niat yang melenceng bukan hanya merusak amal, tetapi bisa menyeret seseorang menuju akibat yang sangat berat.