Sedang Dinanti Banyak Orang, Inilah Asal Usul Kata Lebaran dan Sejarahnya
Reporter
Mutmainah J
Editor
A Yahya
23 - Mar - 2025, 07:54
JATIMTIMES - Setelah satu bulan lamanya berpuasa, umat Muslim di seluruh penjuru dunia sebentar lagi akan merayakan Idulfitri. Di Indonesia sendiri, Idul Fitri juga kerap disebut dengan kata Lebaran.
Di hari Lebaran, masyarakat akan menunaikan salat Id bersama, kemudian berkunjung ke rumah saudara untuk bersilaturahmi dan bermaaf-maafan.
Baca Juga : Perbaikan Dikebut, Dewan Yakin Jalan Provinsi di Jatim Mulus saat Masa Mudik Lebaran
Namun meski dirayakan setiap tahun, beberapa orang masih belum banyak tahu mengapa istilah Lebaran hanya digunakan oleh masyarakat Indonesia. Hal ini jadi menimbulkan pertanyaan mendasar, yakni tentang mengapa masyarakat Indonesia menyebut hari raya Idul Fitri sebagai Lebaran? Dari mana sebenarnya asal usul atau asal mula kata ini dikenal oleh masyarakat Indonesia?
Asal-usul kata 'Lebaran'
Dilansir dari Wikipedia dan berbagai sumber lainnya, secara etimologi, Lebaran berasal dari bahasa Jawa, yaitu "lebar" yang berarti "selesai" atau "berakhir", dan "an" merupakan akhiran untuk menunjukkan masa. Jadi, secara harfiah, "Lebaran" berarti "selesai" atau "berakhirnya" sesuatu.
Beberapa ahli bahasa dan sejarawan percaya bahwa istilah "Lebaran" pertama kali digunakan di Indonesia sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia.
Penggunaan kata ini kemungkinan berkembang dari proses adaptasi bahasa Arab yang diintegrasikan dengan bahasa lokal.
Makna kultural
Meskipun akarnya mungkin bersumber dari bahasa Jawa, Lebaran memiliki makna yang jauh lebih luas dari sekadar berakhirnya bulan Ramadan atau puasa. Secara kultural, Lebaran adalah waktu untuk berkumpul bersama keluarga dan saudara.
Di Indonesia, ada tradisi mudik saban menjelang Lebaran. Mudik juga merupakan akronim yang berasal dari bahasa Jawa yakni "mulih dhisik" yang berarti pulang duluan. Ada pula yang mengartikan mudik sebagai akronim dari "mulih dilik" atau pulang sebentar. Pada Lebaran 2024, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memperkirakan ada 193,6 juta orang Indonesia yang melakukan mudik di Indonesia.
Selain menjadi momen berkumpul bersama keluarga, Lebaran juga sering menjadi momen untuk memberikan sedekah atau bantuan sosial lainnya.
Lebaran bukanlah sekadar perayaan keagamaan semata, tetapi juga peristiwa budaya yang penting bagi umat Islam, terutama di Indonesia. Meskipun asal-usul kata Lebaran mungkin terdapat dalam bahasa Jawa, makna dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya universal bagi umat Muslim di seluruh dunia.
Seiring berjalannya waktu, tradisi Lebaran terus berkembang dan mengalami perubahan sesuai dengan dinamika masyarakat modern.
Namun, esensi dari perayaan ini tetap terjaga, yaitu sebagai waktu untuk merayakan kebersamaan, kedermawanan, dan kegembiraan dalam rangka menyambut berakhirnya bulan Ramadan.
Sejarah Awal Mula Idul Fitri
Perayaan Idul Fitri memiliki sejarah panjang yang berkaitan erat dengan perkembangan Islam. Beberapa peristiwa penting yang menandai awal mula Idul Fitri antara lain:
1. Pengganti Tradisi Jahiliyah
Sebelum Islam datang, masyarakat Arab jahiliyah memiliki dua hari raya yang dirayakan dengan pesta pora, yaitu Nairuz dan Mahrajan. Kedua perayaan ini berasal dari tradisi Persia kuno.
Setelah Nabi Muhammad SAW menerima wahyu tentang kewajiban puasa Ramadhan, beliau mengganti kedua hari raya tersebut dengan Idul Fitri dan Idul Adha. Hal ini dijelaskan dalam hadits riwayat Abu Dawud dan An-Nasa'i:
"Dari Anas bin Malik, Rasulullah SAW bersabda: Kaum jahiliyah dalam setiap tahunnya memiliki dua hari yang digunakan untuk bermain. Ketika Nabi Muhammad datang ke Madinah, Rasulullah bersabda: Kalian memiliki dua hari yang biasa digunakan bermain, sesungguhnya Allah telah mengganti dua hari itu dengan hari yang lebih baik, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha."
2. Perayaan Pasca Kemenangan Perang Badar
Idul Fitri pertama kali dirayakan pada tahun ke-2 Hijriyah, bertepatan dengan kemenangan umat Islam dalam Perang Badar. Peristiwa ini menandai dua kemenangan sekaligus bagi umat Islam:
- Kemenangan spiritual setelah menunaikan ibadah puasa Ramadhan
- Kemenangan dalam peperangan yang menjayakan Islam
- Sejak saat itulah, Idul Fitri menjadi momen perayaan kemenangan dan rasa syukur bagi umat Islam setiap tahunnya.
3. Penetapan Sebagai Hari Raya Resmi
Baca Juga : 280 Atlet Tarung Derajat Bakal Bertanding di Porprov IX Malang Raya
Pada masa Khalifah Umar bin Khattab, Idul Fitri ditetapkan sebagai hari raya resmi umat Islam. Beliau memerintahkan agar semua umat Islam merayakannya dengan shalat Id berjamaah.
Sejak saat itu, tradisi perayaan Idul Fitri terus berkembang di berbagai wilayah Islam dengan keunikan masing-masing, namun tetap memegang esensi yang sama.
Tradisi dan Amalan Idul Fitri
Perayaan Idul Fitri memiliki berbagai tradisi dan amalan yang sudah mengakar dalam masyarakat Muslim. Beberapa di antaranya merupakan sunnah yang dicontohkan Rasulullah SAW, sementara yang lain berkembang sebagai tradisi budaya. Berikut beberapa tradisi dan amalan penting dalam Idul Fitri:
1. Takbiran
Mengumandangkan takbir merupakan salah satu amalan utama menjelang dan saat Idul Fitri. Takbiran dimulai sejak terbenamnya matahari di akhir Ramadan hingga pelaksanaan salat Id. Lafaz takbir yang biasa dikumandangkan adalah:
"Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar. Laa ilaaha illallah, wallahu akbar, Allahu akbar wa lillaahil hamd."
Artinya: "Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Tiada Tuhan selain Allah, dan Allah Maha Besar. Allah Maha Besar dan segala puji bagi Allah."
2. Salat Idul Fitri
Salat Idul Fitri merupakan ibadah sunnah muakkadah (sangat dianjurkan) yang dilaksanakan pada pagi hari tanggal 1 Syawal. Salat ini biasanya dilakukan berjamaah di lapangan terbuka atau masjid.
Sebelum berangkat salat Id, dianjurkan untuk makan terlebih dahulu sebagai tanda berakhirnya puasa Ramadan. Rasulullah SAW biasa memakan beberapa butir kurma sebelum berangkat salat Id.
3. Zakat Fitrah
Menunaikan zakat fitrah merupakan kewajiban bagi setiap Muslim menjelang Idul Fitri. Zakat ini bertujuan untuk membersihkan diri dan membantu kaum dhuafa agar dapat turut merayakan hari raya.
Zakat fitrah sebaiknya ditunaikan sebelum shalat Id. Jumlahnya setara dengan 2,5 kg bahan makanan pokok atau uang senilai itu.
4. Silaturahmi dan Saling Memaafkan
Tradisi saling mengunjungi dan bermaaf-maafan menjadi ciri khas perayaan Idul Fitri di banyak negara Muslim. Momen ini digunakan untuk mempererat tali persaudaraan dan membersihkan hati dari segala kesalahan.
Ucapan yang biasa disampaikan saat bersilaturahmi antara lain "Taqabbalallahu minna wa minkum" (Semoga Allah menerima amal ibadah kita) atau "Minal aidin wal faizin" (Semoga kita termasuk orang yang kembali fitrah dan beruntung).
5. Tradisi Kuliner
Setiap daerah memiliki hidangan khas yang identik dengan perayaan Idul Fitri. Di Indonesia misalnya, ketupat dan opor ayam menjadi menu wajib di hari raya. Sementara di negara lain bisa jadi berbeda, seperti kue eid di Timur Tengah atau sheer khurma di Asia Selatan.
